Mira S. Lubis; Kota Tersandera Macet

PONTIANAK  – Semakin banyak simpul kemacetan di Kota Pontianak. Jika dulu macet terjadi pada jam sibuk seperti pagi dan sore hari, sekarang seperti tidak mengenal waktu. Kondisi ini diperparah antrean truk yang ingin mengisi solar di SPBU, antrean sudah panjang sejak pukul 14.00, padahal baru dilayani mulai pukul 18.00. Beberapa titik yang menjadi simpul kemacetan saat ini seperti di Jembatan Kapuas I, simpang Gajahmada-Pahlawan, Ahmad Yani (depan Polda), simpang M Yamin-DR Sutomo. Selain itu ada ruas jalan lain seperti Imam Bonjol, Gusti Hamzah yang lalu lintas kendaraan harus lambat merayap karena antrean truk di SPBU.  Dosen Fakultas Teknik Untan yang juga pemerhati tata kota, Mira Lubis mengatakan, salah satu penyebab kemacetan adalah adanya penumpukan kegiatan pada suatu tempat.

Dikaitkan dengan kondisi di Pontianak hal itu terjadi di Gajahmada-Pahlawan karena ada aktivitas jual beli di pinggir Jalan Pahlawan (Pasar Flamboyan) dan antrean truk di beberapa SPBU. “Untuk perkotaan kemacetan akan terjadi jika ada penumpukan kegiatan masyarakat di tempat tertentu,” katanya, kemarin. Kemacetan juga akan terjadi karena adanya pergeseran kegiatan masyarakat pada waktu bersamaan. Biasanya terjadi pagi hari ketika siswa masuk sekolah dan pegawai pergi ke kantor. Pun sore hari ketika pegawai negeri dan swasta pulang. Dengan kondisi ini kemacetan biasanya terjadi di Jembatan Kapuas I, depan Polda Kalbar dan beberapa titik di Jalan Ahmad Yani “Konsep tata kota dulu yang memusatkan kegiatan di satu tempat berdampak sekarang. Misalnya sekolah atau perkantoran ditumpuk pada satu kawasan. Akibatnya orang dari segala penjuru kota menuju kawasan tersebut,” kata Mira. Mira mengungkapkan dengan situasi sekarang, sebaiknya Pemkot Pontianak tidak berpikir mengurai kemacetan karena akan sia-sia. Yang dilakukan mestinya mengurangi pergerakan masyarakat.

Mira mengetahui dalam rencana tata ruang dan wilayah Kota Pontianak ada konsep membagi pusat kota dan sub-sub pusat kota. Hal itu menurutnya ideal dan patut dilakukan. “Misalnya di setiap kecamatan ada rumah sakit dan sekolah. Seperti yang dilakukan Universitas Trisakti dan UI di Jakarta atau Unpad di Bandung. Kampusnya tidak satu tapi banyak agar pergerakan orang menyebar, tidak menuju satu tempat,” paparnya.  Mira menyebutkan konsep mixed use development yang sebaiknya juga dilakukan di Pontianak karena kota ini akan terus tumbuh. Konsep ini adalah guna lahan campuran, yakni tata ruang untuk hunian, komersial, pendidikan dan perkantoran dibangun dalam satu kesatuan yang terintegritas. “Tujuan untuk memperpendek jarak perjalanan sehingga dapat mengurangi kepadatan lalu lintas,” jelasnya.Menyinggung antrean di SPBU, Mira mengatakan hal itu hanya masalah manajemen dan lokasi. “Tinggal dipertegas waktu jual solar, waktu boleh mengantri dan mengatur lokasi pembangunan SPBU,” katanya. (hen)

Sumber: Pontianak Post,
http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=111290

Author: Arsitektur Untan