Seiring dengan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka 10 tahun (2003-2013) berdirinya Program Studi (Prodi) Arsitektur Untan, Prodi Arsitektur Untan bersama IAI Kalbar dan MAP Organiser serta didukung oleh Kenari Djaja dan Akira data mengadakan Seminar Sustainable Housing yang diadakan di RM. Ayam Sugeban, Pontianak pada tanggal 4 Mei 2013. Tujuan dari acara ini secara umum adalah sebagai bagian dari pengembangan ilmu serta sinerginitas antara akademisi dan praktisi, dengan mengundang 3 narasumber, yaitu : Emilya Kalsum (Akademisi UNTAN, ketua Pusat Studi Disain Untan), Ary Indra (Praktisi Aboday, Dosen Luar Biasa Univ. Pelita Harapan), dan Ahmad D. Tardiyana (Akademisi ITB, Praktisi URBANE). Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswa arsitektur, para praktisi, maupun para akademisi serta dilaksanakan mulai pukul 09.00-15.00 WIB.
Secara umum kegiatan dimulai dengan kata sambutan Ketua Prodi Arsitektur Untan; M. Nurhamsyah, dilanjutkan kata pengantar Ketua Ikatan Arsitek Indonesia wilayah KALBAR; A. Roffi Faturrahman, presentasi oleh sponsor, dan kemudian dilanjutkan dengan acara inti yaitu presentasi dari masing-masing narasumber/pemateri serta diskusi (tanya jawab). Pemateri pertama (Emilya Kalsum) menekankan aspek keberlanjutan dari sudut pandang keseharian dan pola yang sering dijumpai oleh masyarakat secara umumnya. Aspek keberlanjutan lebih menekankan aspek perilaku keseharian dalam lingkup hunian dan lingkungan. Penggunaan material yang tepat, perilaku berhemat, efesisensi dan efektifitas ruang serta aspek sosial dan lingkungannya menjadi unsur penting dalam keberlanjutan.
Pemateri kedua (Ary Indra) lebih membahas aspek keberlanjutan dari sudut pandang psikologis penghuni, khususnya apek nilai “bahagia” yang dimiliki penghuni untuk merespon sebuah wujud arsitektur. Nilai “bahagia” bisa menjadi parameter utama untuk mencapai nilai keberlanjutan sebuah hunian. Beberapa karya ditampilkan diantaranya play house sebagai contoh penerapan nilai “bahagia” bagi penghuninya. Sedangkan pemateri ketiga (Ahmad D. Tardiyana) secara ringkas lebih membahas aspek keberlanjutan dari skala makro yaitu kota dengan konsep “berbagi ruang”. Konsep ini lebih menekankan pemanfaatan ruang secara optimal . Beberapa karya yang ditampilkan diantaranya kawasan Rasuna Epicentrum dan dalam skala hunian yaitu rumah baca, di mana konsep memanfaatkan ruang sebagai hunian juga sebagai ruang baca bagi warga disekitarnya. Acara terakhir ditutup dengan kegiatan diskusi atau tanya jawab.